Labels

Biarkan Masa Depan Datang Sendiri

{Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya.}
(QS. An-Nahl: 1)
 
Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi! Apakah Anda mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah-buahan sebelum masak? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna. Jika demikian, mengapa kita harus menyibukkan diri dengan hari esok, mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi padanya, memikirkan kejadian-kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan bencana-bencana yang bakal ada di dalamnya? Bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan?
Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam gaib dan belum turun ke bumi. Maka, tidak sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum sampai di atasnya. Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada jembatan itu. Bisa jadi kita akan terhenti jalan kita sebelum sampai ke jembatan itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum kita sampai di atasnya. Dan bisa jadi pula, kita akan sampai pada jembatan itu dan kemudian menyeberanginya.
Dalam syariat, memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka-buka alam gaib, dan kemudian terhanyut dalam kecemasan-kecemasan yang baru di duga darinya, adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. Pasalnya, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu jauh). Secara nalar, tindakan itu pun tak masuk akal, karena sama halnya dengan berusaha perang melawan bayang-bayang. Namun ironis, kebanyakan manusia di dunia ini justru banyak yang termakan oleh ramalan-ramalan tentang kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krisis ekonomi yang kabarnya akan menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah bagian dari kurikulum yang diajarkan di "sekolah-sekolah setan".

{Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan dari pada-Nya dan karunia.}
(QS. Al-Baqarah: 268)
 
Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah yang menyangka diri mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama setahun, dan memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi.
Padahal, orang yang sadar bahwa usia hidupnya berada di 'genggaman yang lain' tentu tidak akan menggadaikannya untuk sesuatu yang tidak ada. Dan orang yang tidak tahu kapan akan mati, tentu salah besar bila justru menyibukkan diri dengan sesuatu yang belum ada dan tak berwujud. Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah menanyakan kabar beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan petakanya. Sebab, hari ini Anda sudah sangat sibuk. Jika Anda heran, maka lebih mengherankan lagi orang-orang yang berani menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit di dalamnya dengan bersedih pada hari ini. Oleh karena itu, hindarilah anganangan yang berlebihan.

La Tahzan, Aidh Al-Qarni

Catatan Perjalanan

Ikhwanul Muslimin lahir setelah runtuhnya khilafah islam di turki 1924 dan meyakini bahwa umat ini tidak dibatasi oleh batas-batas geografis tetapi oleh keimanan.
Dalam risalah jihad, Hasan Al-Bana menyatakan bahwa hukum jihad adalah fardhu kifayah, tetapi ketika negeri muslim dijajah maka hukumnya menjadi fardhu ‘ain.
Ketika negeri muslim dijajah, maka layak kiranya belajar sejarah. Belajar sejarah memiliki dua fungsi : Mempelajari sejarah itu sendiri dan menjadikan sejarah sebagai jalan meretas pembebasan.
Hasan Al-Bana menyusun roadmap jihad dalam beberapa fase :
        1.       Fase dukungan media masa (opini publik)
        2.       Fase politik
        3.       Harta/finansial
        4.       Perang
1948 terjadi peperangan antara yahudi dan bangsa arab. Bangsa arab (Ikhwanul muslimin) aqidahnya sedemikian kuat dan Israel menghindar dari setiap pertemuan dengan IM. Yang membuat org arab (Ikhwanul Muslimin) kalah bukan karena kekuatan yahudi tapi karena pengkhianatan pemimpin jordan Abdullah ibnu Hussein yang bekerja sama dengan inggris, israel.
1953 rencana yang dilakukan Gamal abdul nasser bekerja sama dengan inggris, Amerika ingin menempatkan org2 palestina di daerah sinai yang mampu digagalkan oleh IM dan mengirimkan kader2nya ke palestina yang kemudian membuat demonstrasi2 sehingga menggagalkan rencana Gamal abdul nasser cs.
1954 gerakan IM dibubarkan oleh Gamal abdul nasser dan kader2nya banyak disiksa sebagaimana dilakukan As-sisi saat ini dan ketika itu banyak kader bermigrasi ke negara-negara teluk dan membuat aktifitas kepalestinaan melemah. Sehingga IM mulai berpikir untuk membentuk satu organisasi yang tidak dikaitkan dengan IM di Mesir agar tidak dibubarkan. Tokoh-tokoh IM mendirikan Fatah yang pada perjalanan waktu terjadi perubahan dari manhajnya dan mengkhianati palestina. Sisanya IM yang tidak ikut serta dalam gerakan fatah fokus kepada pendidikan.
1987 berdiri Hamas hasil dari tarbiyah tokoh-tokoh IM yang fokus pada bidang pendidikan.
Singkatnya, Mesir dikuasai Morsi dan dibukanya pintu rafah yang membuat tokoh HAMAS banyak ke mesir dan melakukan kegiatan konferensi serta dukungan dari mesir bagi HAMAS yang menjadi penyebab morsi dikudeta oleh As-sisi. IM menggunakan perubahan strategi melalui cara lain tidak melalui militer. Kondisi saat ini di mesir, gaza dan perbatasan sangat sulit tapi para mujahid memiliki persediaan yang ketika diterima pada saat morsi berkuasa.
2014 Hamas menang pemilu palestina dan melakukan perang psikologis dengan ekspedisi militer, pameran senjata untuk menakut-nakuti israel.
Dukungan terhadap gaza dilakukan juga oleh para pejuang/mujahid di berbagai tempat karena mereka meyakini pertempuran dengan yahudi adalah pertempuran agama. Sebagaimana hadits rasulullah. Sebelum itu terjadi kita harus meningkatkan derajat ubudiyah karena itu adalah panggilan Allah sampai peperangan dengan yahudi itu merupakan gerakan masal.

Syaikh muhammad, Ikhwanul Muslimin
Lembang, Agustus 2015

Akhir Sejarah



            Suatu saat dalam sejarah cinta kita
            Kita tidur saling memunggungi
            Tapi jiwa berpeluk-peluk
            Senyum mendekap senyum

            Suatu saat dalam sejarah cinta kita
            Raga tak lagi saling membutuhkan
            Hanya jiwa kita sudah lekat menyatu
            Rindu mengelus rindu

            Suatu saat dalam sejarah cinta kita
            Kita hanya mengisi waktu dengan cerita
            Mengenang dan hanya itu
            Yang kita punya

            Suatu saat dalam sejarah cinta kita
            Kita mengenang masa depan kebersamaan
            Kemana cinta kan berakhir
            Di saat tak ada akhir.

Serial cinta, Anis Matta

Syair

Sekalipun cinta telah kuuraikan dan kujelaskan panjang lebar..

Namun jika cinta kudatangi, Aku jadi malu pada keteranganku sendiri..

Meskipun lidahku telah mampu menguraikan dengan terang..

Namun tanpa lidah, cinta ternyata lebih terang..

Sementara pena begitu tergsesa-gesa menuliskannya..

Kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai kepada cinta..

Akal tak berdaya bagaikan keledai terbaring dalam lumpur..

Cinta sendirilah yang menerangkan cinta dan percintaan!
 
Jalaluddin Rumi, Diwan Shamsi Tabriz

Andai mereka tahu

Banyak yang menghabiskan waktu mengagumi superhero rekaan AS. Andai mereka mengenal siapa pak HOS Tjokroaminoto, Haji Agus Salim, Soedirman, Hatta…

Banyak yang kagum tergila-gila dengan artis-artis asia di layar kaca. Ah, andai meraka pernah mengalami perjuangan Soekarno, Natsir hingga Buya Hamka…

Banyak yang mengeluh dan sumpah serapah tentang Indonesia. Andai mereka tahu dengan warna darah apa ia dibangun dan ditegakkan dulu kala…

Banyak laki-laki wanita tersedu-sedu merengek karena cinta, Andai meeka hadir di tengah perang aceh atau mendalami keperihan tanam paksa…

Banyak yang berdebat dengan kasar dan saling menjatuhkan. Andai mereka menyaksikan santunnya perang gagasan yang dipergakan Moh. Yamin, Syahrir, Hatta…

Banyak orang yang gemar bersantai-santai dalam kesia-siaan. Andai mereka tahu justru dengan 1 paru-paru Jendral Soedirman memimpin gerilya keluar masuk hutan…

Banyak orang yang tak mampu besabar saat menulis/membaca. Andai mereka tahu… di penjara, Bung Karno menyusun buku & juga Hatta, juga Hamka…

Banyak orang tak bersyukur dengan rumah yang sederhana. Andai mereka tahu Haji Agus Salim sang Legenda Indonesia berpindah-pindah kontrakan karena tak memiliki rumah…

Banyak orang semakin lemah & tak mampu berjalan kaki. Andai mereka tahu bahwa silih berganti kaki Tan Malaka menyusuri Cina, Inggris, hingga Rusia…

Buku Leiden! Karya Dea Tantyo.

Yang sampai finish itu sedikit

Grand final itu mahal, banyak yang gagal.
Siapa yang sedikit itu? Utsman bin Affan sendirian membiayai pasukan Perang Tabuk. Seorang diri membekali 10.000 pasukan, dengan senjata perang, perlengkapan, bekal, kuda, unta dan logistiknya. Tajarrud, untuk dakwah semua dibawa serta. All out alias tumplek blek.
Berhitung. Mulai! Kini berapa jumlah personil terakhir kita? Berapa yang siap membiayai dakwah? Jangan-jangan lebih banyak yang perlu dibiayai, disantuni, dan dikasihani. Berapa banyak kader yang mau membina atau masih perlu disuapin materi? Berapa yang siap tampil jadi murrabi? Berapa muwajih yang tersedia, kok dakwah kampus nyaris mampus? Berapa mubaligh kita kok bolak balik yang tampil itu-itu saja? L4= lu lagi lu lagi. Yang lain manna?
Bagaimana pendapatmu bila para pelaku tarbiyah 41 persennya ternyata mandul, tidak mau dan tak mampu mewariskan ilmu, tidak punya kader binaan, tak memiliki majelis ta’lim atau bahkan hanya menjadi beban sesama kawan? Pernah dengar hukum pareto 20/80? Hanya 20 persen orang yang aktif bekerja untuk menghasilkan 80 persen omset atau bahkan keuntungan perusahaan.
Bayangkan jika engkau karyawan sebuah perusahaan. Hadir setiap pagi mengisi presensi. Pulang sore hari, mengisi presensi. Tiap bulan menerima gaji, namun engkau tak mengerjakan apa-apa, tak menghasilkan apa-apa, hanya menambah jumlah temanmu yang bekerja giat penuh semangat. Menurutmu, apakah engkau tidak malu?
Akhi… ukhti apakah engkau tidak malu? Seorang ummahat di bumi singkil (Nangroe Aceh Darussalam) rela berkendara sepeda motor 80 km dalam keadaan hamil untuk mengisi ta’lim.
Akhi… ukhti apakah engkau tidak peduli? Almarhum ustadz irfan di sukabumi (jawa barat) mengurusi tujuh kecamatan yang sangat jauh dari jangkauan hingga akhirnya syahid di perjalanan.
Akhi… ukhti apakah engkau tidak berempati? Beberapa kader menawarkan dakwah melewati hutan, ban motor bocor, lalu mereka isi dengan rumput biar bisa jalan meski tak bisa ngebut, kini apa lagi alasanmu?
Akhi… ukhti dakwah perlu solusi: Quantum Tarbiyah. Agar tarbiyah lebih berkesan dan lebih menyenangkan, kitalah yang mendesain suasana itu. Program dikemas cerdas. Aktivitas didesain kreatif tanpa rasa malas. Hadir penuh keikhlasan. Jasad siap digerakkan. Potensi siap dikerahkan. Dana siap dikucurkan untuk meraih hasil yang didambakan.

Buku New Quantum Tarbiyah, Solikhin Abu ‘Izzudin.

#UdahPutusinAja


Pacaran, udah maksiat, putus pula, itu jauh lebih nyesek, daripada single, terhormat dan taat :D | setuju? RT dah.. #UdahPutusinAja

1. lelaki yang terbiasa menikmati sesuatu yang nggak halal | akan ketagihan yang nggak halal, menganggapnya biasa

2. makanan nggak halal, penghasilan nggak halal, juga pasangan nggak halal, ehh | semua sama saja, sama-sama nggak taat, sama-sama maksiat

3. pasalnya dalam Islam, wanita hanya bisa dihalalkan lewat nikah | selain itu, apapun bentuknya berarti hubungan nggak halal, alias dosa

4. apakah itu diakui pacaran, atau nggak diakui semacem HTS, LDR, STH, PHP, cuma-temen, papi-mami | semuanya sama-sama nggak halal, maksiat

5. lha, terus kalo nggak halal gimana? | ya sama aja kayak makanan nggak halal, dimakan sih jadi daging, tapi daging yang jahat, nista

6. pacaran dan apapun bentuknya, mungkin ada nikmatnya | tapi nikmat yang bikin nyungsep, bikin terhina

7. namanya pacaran, nggak akan berhenti sampe pegang tangan doang | kalo lelaki cuma cukup pegang tangan, ya bukan lelaki beneran itu

8. katanya bisa kendaliin diri, lha setan ditantang, ya bablas | KPAI tahun 2008 rilis data, 62.7% anak SMP sudah pernah hubungan intim

9. sebelum nyesel, sebelum telat, #UdahPutusinAja | percaya deh, pacaran bukan langkah yang bener, bukan cara itu kamu mengenal orang

10. sampe satu saat ada yang bisa halalin kamu pake nama Allah | dengan restu ayahmu, itu baru lelaki bener, lelaki yang bisa kamu percaya

11. lelaki yang nggak ngajak maksiat, lelaki yang bawa kamu taat | lelaki yang bikin kamu inget Allah, lelaki yang nggak ajak kamu dosa

12. #UdahPutusinAja, lelaki yang kerjanya maksiat nggak bakal bikin bahagia | kamunya dulu taat, nanti bakal ada lelaki baik mendekat :)

Kultwit Ust. Felix Siauw

gambar ilustrasi: www.keepcalm-o-matic.co.uk

Bagaimana dengan 'karya' kita?

Apa yg akan kita sombongkan dari karya kita:
1) Apa yang mau kita sombongkan; jika Imam An Nawawi menulis Syarh Shahih Muslim yang tebal itu sedang beliau tak punya Kitab Shahih Muslim?
2) Beliau menulisnya berdasar hafalan atas Kitab Shahih Muslim yang diperoleh dari Gurunya; lengkap dengan sanad inti & sanad tambahannya.
3) Sanad inti maksudnya; perawi antara Imam Muslim sampai RasuluLlah. Sanad tambahan yakni; mata-rantai dari An Nawawi hingga Imam Muslim.
4) Jadi bayangkan; ketika menulis penjabarannya, An Nawawi menghafal 7000-an hadits sekaligus sanadnya dari beliau ke Imam Muslim sekira 9-13 tingkat Gurunya; ditambah hafal sanad inti sekira 4-7 tingkat Rawi.
5) Yang menakjubkan lagi; penjabaran itu disertai perbandingan dengan hadits dari Kitab lain (yang jelas dari hafalan sebab beliau tak mendapati naskahnya), penjelasan kata maupun maksud dengan atsar sahabat, Tabi’in, & ‘Ulama; munasabatnya dengan Ayat & Tafsir, istinbath hukum yang diturunkan darinya; dan banyak hal lain lagi.
7) Hari ini kita menepuk dada; dengan karya yang hanya pantas jadi ganjal meja beliau, dengan kesulitan telaah yang tak ada seujung kukunya.
8) Hari ini kita jumawa; dengan alat menulis yang megah, dengan rujukan yang daring, & tak malu sedikit-sedikit bertanya pada Syaikh Google.
9) Kita baru menyebut 1 karya dari seorang ‘Alim saja sudah bagai langit & bumi rasanya. Bagaimana dengan kesemua karyanya yang hingga umur kita tuntaspun takkan habis dibaca?
10) Bagaimana kita mengerti kepayahan pada zaman mendapat 1 hadits harus berjalan berbulan-bulan?
11) Bagaimana kita mencerna; bahwa dari nyaris 1.000.000 hadits yang dikumpulkan & dihafal seumur hidup; Al Bukhari memilih 6000-an saja?
12) Atas ratusan ribu hadits yang digugurkan Al Bukhari; tidakkah kita renungi; mungkin semua ucap & tulisan kita jauh lebih layak dibuang?
13) Kita baru melihat 1 sisi saja bagaimana mereka berkarya; belum terhayati bahwa mereka juga bermandi darah & berhias luka di medan jihad.
14) Mereka kadang harus berhadapan dengan penguasa zhalim & siksaan pedihnya, si jahil yang dengki & gangguan kejinya. Betapa menyesakkan.
15) Kita mengeluh listrik mati atau data terhapus; Imam Asy Syafi’i tersenyum kala difitnah, dibelenggu, & dipaksa berjalan Shan’a-Baghdad.
16) Kita menyedihkan laptop yang ngadat & deadline yang gawat; punggung Imam Ahmad berbilur dipukuli pagi & petang hanya karena 1 kalimat.
17) Kita berduka atas agal terbitnya karya; Imam Al Mawardi berjuang menyembunyikan tulisan hingga menjelang ajal agar terhindar dari puja.
18) Mari kembali pada An Nawawi & tak usah bicara tentang Majmu’-nya yang dahsyat & Riyadhush Shalihin-nya yang permata; mari perhatikan karya tipisnya; Al Arba’in. Betapa barakah; disyarah berratus, dihafal berribu, dikaji berjuta manusia & tetap menakjubkan susunannya.
19) Maka tiap kali kita bangga dengan “best seller”, “nomor satu”, “juara”, “dahsyat”, & “terhebat”; liriklah kitab kecil itu. Lirik saja.
20) Agar kita tahu; bahwa kita belum apa-apa, belum ke mana-mana, & bukan siapa-siapa. Lalu belajar, berkarya, bersahaja.

Kultwit Ust. Salim A. Fillah

Meneledani kesederhanaan Pak A.R.


K.H. Abdul Rozak Fachrudin, ulama kharismatik kelahiran pakualaman, Yogyakarta, 14 februari 1916 ini adalah Ketua Umum Muhammadiyah periode Tahun 1968-1990. Beliau memegang amanah sebagai pimpinan tertinggi ormas islam besar ini selama 22 tahun. Kurun waktu paling lama dalam sejarah estafet kepemimpinan tertinggi di Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Meski hampir seperempat abad ia menduduki jabatan puncak di Muhammadiyah, kehidupan Pak AR sapaan akrabnya sangat jauh dari kesan kemewahan dan limpahan harta.
Menurut Emha Ainun Najib , “ betapa melimpahnya rizqi dari Allah SWT kepada pak AR, sehingga kehidupan beliau hampir sama sekali tidak bergantung kepada barang-barang dunia. Pernahkah Anda membayangkan ada seorang pemimpin organisasi besar yang anggotanya berpuluh-puluh juta. Sedang dia hanya menjual dengan beberapa dirgen minyak tanah dan bensin didepan pagar rumahnya. Pak Emha menambahkan bahwa pak AR ini bukanlah penganut tarekat atau seorang sufi. Tapi pembawaanya sangat sederhana. Begitu juga di lingkungan keluarganya. Saking sederhananya pak AR ini meski ada garasi di rumahnya, tak ada satu mobilpun yang menjadi penghuninya. Yang nangkring hanyalah sepeda motor Yamaha butut keluaran 1970-an.
Menurut pandangan Amien Rais Sesuatu yang nampak menonjol dari pribadi Pak AR adalah kesederhanaan, kejujuran, dan keikhlasan. Tiga sifat itulah, warisan utama Pak AR yang perlu terus dihidupkan tidak hanya oleh kalangan Muhammadiyah. Selaku pemimpin umat, Pak AR sangat sepi dari limpahan harta benda. Beliau sangat mungkin untuk memiliki mobil mengkilap, atau rumah mewah. Tetapi Pak AR memilih untuk tidak punya apa-apa, kata Amien.
Jika dilihat secara kasat mata, adalah sesuatu yang tak lazim, seorang pemimpin organisasi modern terbesar di Indonesia yang punya puluhan rumah sakit dan ribuan sekolah itu, hidup dengan penuh kesederhanaan. Dirumahnya juga ada beberapa kamar disewakan untuk kos-kosan mahasiswa.
Dari sekelumit pernyataan dari tokoh-tokoh mengenai kepribadian Pak AR ini, setidaknya dapat diperoleh gambaran seorang pemimpin yang merakyat, dengan tutur katanya yang seiring dengan perbuatanya, beliau juga tak silau dengan harta dan jabatan duniawi. Seperti halnya yang diungkapakan oleh budayawan Emha Ainun Najib, Pak AR yang notabene adalah seorang pemimpin organisasi besar yang anggotanya berpuluh-puluh juta. Sedang dia hanya menjual beberapa dirgen minyak tanah dan bensin didepan pagar rumahnya. Cak Nun juga menyatakan, pembawaan pak AR sangat sederhana, saking sederhananya pak AR ini meski ada garasi di rumahnya, tak ada satu mobilpun yang menjadi penghuninya. Yang nangkring hanyalah sepeda motor Yamaha butut keluaran 1970-an.
Sepeda motor tua itu yang biasa ia gunakan untuk memenuhi panggilan dakwah, walaupun jika motor itu dipakai anaknya untuk kuliah, ia rela dibonceng anak SMA untuk bisa sampai ke tempat yang ditujunya dalam memberikan ceramah. Pak AR sangat memprioritaskan dakwah di lingkungan masyarakat bawah. Beliau yang memang selalu ingin dekat dengan rakya
t kecil itu, paling senang jika diundang berceramah di kalangan rakyat bawah di lembah Kali Code dan kampung-kampung pinggiran di Yogyakarta. Suatu kali, dalam sebuah kultum (kuliah tujuh menit), Pak AR menjelaskan mengapa dirinya senang ceramah di kalangan rakyat kecil dan miskin. "Karena itulah sunnah Nabi SAW," jawabnya.
Para pengikut Islam, pertama-tama, jelas Pak AR, adalah rakyat miskin dan budak belian. "Karena itu, sebagai dai jangan berharap pada orang-orang besar dan kaya. Bukankah Nabi pernah mendapat teguran dari Allah karena menyepelekan orang kecil demi berdakwah untuk orang besar?" jelasnya.
Sikapnya yang merakyat inilah yang membuat periode kepemimpinannya dinilai sangat berhasil. Totalitas Pak AR dalam ber-Muhammadiyah, itu juga ditunjukkan dalam bentuk penolakannya ketika pemerintah Orde Baru berkali-kali menawarinya menjadi anggota DPR dan jabatan lainnya. Di sisi lain, Pak AR juga tetap menjaga hubungan baik dengan pemerintah, dan bekerja sama secara wajar. Sikap dan kebijakannya ini membuat warga Muhammadiyah merasa teduh, aman dan memberikan kepercayaan yang besar kepadanya. Pak AR wafat di solo, Jawa Tengah pada 17 Maret 1995 pada umur 79 tahun.
Dengan serangkaian riwayat hidup Pak AR yang penuh keteladanan. Kita sebagai generasi muda yang akan menjadi pemimpin di masa mendatang, patutlah mengambil banyak pelajaran terkait sikap sebagai pemimpin yang senantiasa sederhana, rendah hati, dan tak silau dengan jabatan yang diemban. Senantiasa hidup sewajarnya tanpa berlebih-lebihan apalagi bermewah-mewahan. Dengan kesederhanaan, setiap amanah dan tanggungjawab yang dipikul akan lebih memberikan kesan ringan, nyaman serta dapat menambah keberkahan.

Dari berbagai sumber

Hadapi, Hayati, Nikmati

Seindah apapun keluhan yang terlontar dari mulut seseorang, takkan pernah mampu menyelesaikan masalah kecil sekalipun. Mengeluh tak pernah bisa menyelesaikan masalah, apalagi membuat masalah tuntas begitu saja. Belum pernah saya dengar orang yang ketika berkeluh kesah tentang permasalahan hidupnya lalu seketika masalahnya itu tiba-tiba selesai, hilang tak berbekas. Tak ada, dan mungkin tak pernah ada kejadian ajaib semacam itu. Jika menuruti rumus seorang trainer, sikap yang benar ketika menghadapi segala jenis persoalan dalam kehidupan ini adalah dengan menerapkan H2N Hadapi, Hayati, Nikmati. Masalah apapun itu, baik besar, kecil, ringan, sulit, rumit, mumet, stress dan kadang membuat kepala rasanya mau pecah, kaki serasa di kepala, kepala serasa di kaki, ubun-ubuh panas mendidih, atau badan rasanya menggigil tak karuan gara-gara tumpukan masalah yang menimpa, maka rumus sederhana untuk melaluinya ya dengan cara hadapi terus hayati dan terakhir nikmati katanya. Tiga kata yang mudah diucap namun terkadang tak mampu menghalangi mulut kita untuk mengeluh ini itu. Jangankan menikmati masalah, menghadapinya saja kadang begitu membuat sesak dan seolah telah menyerah begitu saja. Capek lah, galau lah, pusing lah, kesel lah dan beraneka ragam keluhan yang mengudara itupun tetiba saja keluar dengan mudah dari mulut kita. meski pada akhirnya, keluhan-keluhan tadi tak merubah apapun dari permasalahan yang dialami. Pun tetap saja, diri kita sendirilah yang bertanggungjawab terhadap masalah-masalah yang tengah mampir dalam satu episode hidup yang kita jalani. Walaupun seolah mudah dilakukan, pada prakteknya untuk tetap bisa bertahan ditengah persoalan tanpa mengeluh sama sekali sangatlah sulit dilakukan bagi sebagian orang. itu karena mengeluh telah menjadi kebiasaan, lontaran kata-kata berisi aneka macam keluhan tak disadari mengalir begitu saja dari lisan orang tersebut. Jika hal ini telah terjadi, maka mengolah kata-kata dalam pikiran sebelum diucapkan adalah cara yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi agar lisan kita tidak mudah untuk berkeluh kesah. Dengan dibekali akal yang tentu 'masih bisa' digunakan, setiap orang (kecuali orang yang hilang akal, gila atau mabuk) seharusnya bisa menggunakan akalnya untuk dapat berbicara yang baik dan bermanfaat. Kata-kata yang keluar dari mulut seorang yang mempunyai akal sehat, mestilah dapat dikelola dengan jernih sehingga obrolan, pembicaraan, atau perbicangannya mengarah pada hal-hal yang positif dan bahkan produktif. Mudahnya, jika hendak bicara maka alangkah sangat baik bila kita mampu mengatur setiap kata yang akan diucapkan dengan sistem pengolahan akal pikiran yang telah Allah titipkan untuk digunakan dengan sebaik-baiknya. 
Lisan orang berakal dibelakang pikirannya, sedangkan pikiran orang bodoh dibelakang lisannya (ali bin abi thalib)

Bumi Rantjaekek

Gambar Ilustrasi kolom.abatasa.co.id
 

Blogger news

Blogroll