Labels

Petuah cinta bang zaitun

Pada Bang Zaitun kami sampaikan rencana penjemputan Zakiah dan siasat
menghadapi perempuan yang tengah dilanda bimbang Bang Zaitun tercenung.
Ia sedih karena teringat akan kisah cintanya yang bangkrut dan istri-istrinya
yang minggat, matanya berair, tapi tetap saja ....
"Hiii... hii... hiii."
Gigi palsu emas putih pun berkilau-kilau.
"Tak banyak yang bisa kubantu, Boi desahnya pasrah.
"Jadi bagaimana, Bang?"
Bang Zaitun memandang jauh. Berkali-kali ia melenguh.
"Pokoknya begini sajah………”
Ia menerawang, menyarikan hikmah dari pengalaman buruknya.
“Jika kau berjumpa dengan Zakiah, tak perlulah banyak kata, Boi, tak
perlu banyak lagak, tak perlu bawa bunga segala. Cukup kautunjukkan raut
muka bahwa kau bersedia menyuapinya nanti jika ia sakit, bersedia
menggendongnya ke kamar mandi jika ia sudah renta tak mampu berjalan.
Bahwa, kau, dengan segenap hatimu, bersedia mengatakan di depannya betapa
jelitanya ia, meski wajahnya sudah keriput seperti jeruk purut, dan kau bersedia
tetap berada di situ, tak ke mana-mana, di sampingnya selalu, selama empat
puluh tahun sekalipun…..”
Kawan, di antara riuh rendah suara ayam kawin, aku terkesima
menyimak semua itu. Ini adalah petuah asmara paling dahsyat yang pernah
kudengar seumur hidupku. Arai menyalami Bang Zaitun erat-erat, air mata
Bang Zaitun menggenang, getir.
Diambil dari novel maryamah karpov. Andrea Hirata

0 comments:

Post a Comment

 

Blogger news

Blogroll