Dibalik
kasus kematiannya yang heboh diberitakan di seantero negeri, ada hal yang lebih
menarik untuk diperbincangkan dari peristiwa ini. mungkin tak banyak diketahui
masyarakat umum, semasa menempuh studi dikampusnya, ibunda wahyu menuturkan
bahwa anaknya yang rajin ke masjid dan hobi membaca buku ini pernah melontarkan
satu kalimat yang menurut saya bisa menjadi sangat mendalam maknanya. Kata-kata
yang tulus dan menggambarkan tekanan berat yang dialaminya selama studi di
kampus pemerintahan ini. Ucapan yang dilontarkan wahyu ketika dikunjungi kedua
orangtuanya di masjid kampus adalah kata-kata yang menjadi inspirasi saya
membuat catatan sederhana ini.
“Jika
tidak ingat orangtua, rasanya mau kabur saja” ungkapan wahyu ini direkam jelas
oleh sang ibunda. Hingga selepas kematiannya, kata-kata ini pula yang pasti
membuat sesak setiap orang yang mendengarnya. Ucapannya dituturkan oleh sang
ibunda tatkala mengenang putra yang amat disayanginya itu. Dituliskan pula oleh
seorang inu kencana syafii dalam bukunya yang berjudul maju tak gentar, membongkar tragedI IPDN.
Dari
sepenggal kisah yang saya anggap berakhir memilukan ini, ada banyak pelajaran
berharga yang bisa didapat. Pelajaran mengenai satu keping episode dalam hidup
ini yang mungkin seringkali atau pernah kita alami. Yaitu ketika orangtua memosisikan
diri seolah menjadi sutradara utama yang menyusun skenario kehidupan kita.
Orangtua yang mengatur kita akan menjadi apa nanti, akan bagaimana hidup kita
di masa mendatang, dan akan menjadi seperti apa kita kelak. Bahkan terkadang
bukan hanya sekedar sebagai sutradara, orangtua juga seakan menjadi orang yang
paling berhak menuliskan berderet naskah panjang yang menentukan peran apa yang
harus kita lakukan hari ini maupun esok, Lebih jauh dari itu, orang tua menjadi
seumpama dalang yang merancang alur kehidupan kita sebagai wayang dan bebas
memainkannya sesuka hati. Mungkin hal ini pula yang terjadi pada wahyu hidayat, beliau yang telah diterima oleh perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor dan dengan gelar Insinyur jika lulus nanti harus rela menuruti keinginan orang tuanya untuk mengikuti tes penerimaan mahasiswa di IPDN hingga ia lulus menjadi salahsatu prajanya. Bagi sebagian orang mungkin pernyataan ini terlampau
berlebihan, namun bagi sebagian orang lainnya yang mengalami hal serupa pasti
merasakan betapa sesuainya kenyataan ini dengan sikap orangtuanya yang memang bersikap
begitu mengendalikan setiap tindakan mereka. Tentu saja bukan merupakan suatu
kesalahan jika orang tua melakukan hal-hal semacam itu, toh seperti ungkapan
yang sering kita dengar ketika membahas persoalan terkait anak dan orang tua yaitu menyebutkan bahwa setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk
anaknya. Yang jadi masalah adalah, ketika ukuran terbaik menurut orang tua itu apakah
merupakan hal yang benar-benar terbaik untuk kehidupan sang anak. Seringkali,
orang tua dengan kapasitas yang dimilikinya cenderung memaksakan kehendaknya
diikuti oleh si anak. Selain itu, belum tentu juga ketika seorang anak menuruti
setiap keinginan orangtua maka hidupnya akan menjadi sesuai seperti yang
diharapkan.
Tapi
pada akhirnya, apapun yang orangtua pilih untuk kita maka itu merupakan pilihan
mereka yang tentu berdasarkan pada banyak pertimbangan dan pengalaman yang
dilaluinya. Ketika kita sebagai anak merasakan ketidaksesuaian antara maksud
pribadi dengan keinginan orang tua, maka kesempatan untuk menyampaikan keresahan
itu terbuka bagi setiap anak. Jangan sampai, kita menerima begitu saja pilihan
orang tua yang bisa jadi kenyataan sesungguhnya tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Dan tentu, jangan sampai suatu saat kita mengatakan “jika tidak ingat orangtua
rasanya mau kabur saja”. Sebab orangtualah, kita bisa bertahan dari banyaknya
persoalan yang dihadapi, pun karena orangtua, kita dapat menghadapi banyak pula
masalah yang mungkin saja memaksa kita untuk “melarikan diri” dari banyak
urusan dan persoalan yang datang kemudian.
Catatan
ini tidak dimaksudkan untuk menghadirkan solusi “pertikaian” anak dan orangtua,
namun sekedar menjadi gambaran betapa banyaknya hal yang mesti dikomunikasikan
antara setiap keinginan anak dan orangtua.