Labels

Andai mereka tahu

Banyak yang menghabiskan waktu mengagumi superhero rekaan AS. Andai mereka mengenal siapa pak HOS Tjokroaminoto, Haji Agus Salim, Soedirman, Hatta…

Banyak yang kagum tergila-gila dengan artis-artis asia di layar kaca. Ah, andai meraka pernah mengalami perjuangan Soekarno, Natsir hingga Buya Hamka…

Banyak yang mengeluh dan sumpah serapah tentang Indonesia. Andai mereka tahu dengan warna darah apa ia dibangun dan ditegakkan dulu kala…

Banyak laki-laki wanita tersedu-sedu merengek karena cinta, Andai meeka hadir di tengah perang aceh atau mendalami keperihan tanam paksa…

Banyak yang berdebat dengan kasar dan saling menjatuhkan. Andai mereka menyaksikan santunnya perang gagasan yang dipergakan Moh. Yamin, Syahrir, Hatta…

Banyak orang yang gemar bersantai-santai dalam kesia-siaan. Andai mereka tahu justru dengan 1 paru-paru Jendral Soedirman memimpin gerilya keluar masuk hutan…

Banyak orang yang tak mampu besabar saat menulis/membaca. Andai mereka tahu… di penjara, Bung Karno menyusun buku & juga Hatta, juga Hamka…

Banyak orang tak bersyukur dengan rumah yang sederhana. Andai mereka tahu Haji Agus Salim sang Legenda Indonesia berpindah-pindah kontrakan karena tak memiliki rumah…

Banyak orang semakin lemah & tak mampu berjalan kaki. Andai mereka tahu bahwa silih berganti kaki Tan Malaka menyusuri Cina, Inggris, hingga Rusia…

Buku Leiden! Karya Dea Tantyo.

Yang sampai finish itu sedikit

Grand final itu mahal, banyak yang gagal.
Siapa yang sedikit itu? Utsman bin Affan sendirian membiayai pasukan Perang Tabuk. Seorang diri membekali 10.000 pasukan, dengan senjata perang, perlengkapan, bekal, kuda, unta dan logistiknya. Tajarrud, untuk dakwah semua dibawa serta. All out alias tumplek blek.
Berhitung. Mulai! Kini berapa jumlah personil terakhir kita? Berapa yang siap membiayai dakwah? Jangan-jangan lebih banyak yang perlu dibiayai, disantuni, dan dikasihani. Berapa banyak kader yang mau membina atau masih perlu disuapin materi? Berapa yang siap tampil jadi murrabi? Berapa muwajih yang tersedia, kok dakwah kampus nyaris mampus? Berapa mubaligh kita kok bolak balik yang tampil itu-itu saja? L4= lu lagi lu lagi. Yang lain manna?
Bagaimana pendapatmu bila para pelaku tarbiyah 41 persennya ternyata mandul, tidak mau dan tak mampu mewariskan ilmu, tidak punya kader binaan, tak memiliki majelis ta’lim atau bahkan hanya menjadi beban sesama kawan? Pernah dengar hukum pareto 20/80? Hanya 20 persen orang yang aktif bekerja untuk menghasilkan 80 persen omset atau bahkan keuntungan perusahaan.
Bayangkan jika engkau karyawan sebuah perusahaan. Hadir setiap pagi mengisi presensi. Pulang sore hari, mengisi presensi. Tiap bulan menerima gaji, namun engkau tak mengerjakan apa-apa, tak menghasilkan apa-apa, hanya menambah jumlah temanmu yang bekerja giat penuh semangat. Menurutmu, apakah engkau tidak malu?
Akhi… ukhti apakah engkau tidak malu? Seorang ummahat di bumi singkil (Nangroe Aceh Darussalam) rela berkendara sepeda motor 80 km dalam keadaan hamil untuk mengisi ta’lim.
Akhi… ukhti apakah engkau tidak peduli? Almarhum ustadz irfan di sukabumi (jawa barat) mengurusi tujuh kecamatan yang sangat jauh dari jangkauan hingga akhirnya syahid di perjalanan.
Akhi… ukhti apakah engkau tidak berempati? Beberapa kader menawarkan dakwah melewati hutan, ban motor bocor, lalu mereka isi dengan rumput biar bisa jalan meski tak bisa ngebut, kini apa lagi alasanmu?
Akhi… ukhti dakwah perlu solusi: Quantum Tarbiyah. Agar tarbiyah lebih berkesan dan lebih menyenangkan, kitalah yang mendesain suasana itu. Program dikemas cerdas. Aktivitas didesain kreatif tanpa rasa malas. Hadir penuh keikhlasan. Jasad siap digerakkan. Potensi siap dikerahkan. Dana siap dikucurkan untuk meraih hasil yang didambakan.

Buku New Quantum Tarbiyah, Solikhin Abu ‘Izzudin.
 

Blogger news

Blogroll