Labels

#UdahPutusinAja


Pacaran, udah maksiat, putus pula, itu jauh lebih nyesek, daripada single, terhormat dan taat :D | setuju? RT dah.. #UdahPutusinAja

1. lelaki yang terbiasa menikmati sesuatu yang nggak halal | akan ketagihan yang nggak halal, menganggapnya biasa

2. makanan nggak halal, penghasilan nggak halal, juga pasangan nggak halal, ehh | semua sama saja, sama-sama nggak taat, sama-sama maksiat

3. pasalnya dalam Islam, wanita hanya bisa dihalalkan lewat nikah | selain itu, apapun bentuknya berarti hubungan nggak halal, alias dosa

4. apakah itu diakui pacaran, atau nggak diakui semacem HTS, LDR, STH, PHP, cuma-temen, papi-mami | semuanya sama-sama nggak halal, maksiat

5. lha, terus kalo nggak halal gimana? | ya sama aja kayak makanan nggak halal, dimakan sih jadi daging, tapi daging yang jahat, nista

6. pacaran dan apapun bentuknya, mungkin ada nikmatnya | tapi nikmat yang bikin nyungsep, bikin terhina

7. namanya pacaran, nggak akan berhenti sampe pegang tangan doang | kalo lelaki cuma cukup pegang tangan, ya bukan lelaki beneran itu

8. katanya bisa kendaliin diri, lha setan ditantang, ya bablas | KPAI tahun 2008 rilis data, 62.7% anak SMP sudah pernah hubungan intim

9. sebelum nyesel, sebelum telat, #UdahPutusinAja | percaya deh, pacaran bukan langkah yang bener, bukan cara itu kamu mengenal orang

10. sampe satu saat ada yang bisa halalin kamu pake nama Allah | dengan restu ayahmu, itu baru lelaki bener, lelaki yang bisa kamu percaya

11. lelaki yang nggak ngajak maksiat, lelaki yang bawa kamu taat | lelaki yang bikin kamu inget Allah, lelaki yang nggak ajak kamu dosa

12. #UdahPutusinAja, lelaki yang kerjanya maksiat nggak bakal bikin bahagia | kamunya dulu taat, nanti bakal ada lelaki baik mendekat :)

Kultwit Ust. Felix Siauw

gambar ilustrasi: www.keepcalm-o-matic.co.uk

Bagaimana dengan 'karya' kita?

Apa yg akan kita sombongkan dari karya kita:
1) Apa yang mau kita sombongkan; jika Imam An Nawawi menulis Syarh Shahih Muslim yang tebal itu sedang beliau tak punya Kitab Shahih Muslim?
2) Beliau menulisnya berdasar hafalan atas Kitab Shahih Muslim yang diperoleh dari Gurunya; lengkap dengan sanad inti & sanad tambahannya.
3) Sanad inti maksudnya; perawi antara Imam Muslim sampai RasuluLlah. Sanad tambahan yakni; mata-rantai dari An Nawawi hingga Imam Muslim.
4) Jadi bayangkan; ketika menulis penjabarannya, An Nawawi menghafal 7000-an hadits sekaligus sanadnya dari beliau ke Imam Muslim sekira 9-13 tingkat Gurunya; ditambah hafal sanad inti sekira 4-7 tingkat Rawi.
5) Yang menakjubkan lagi; penjabaran itu disertai perbandingan dengan hadits dari Kitab lain (yang jelas dari hafalan sebab beliau tak mendapati naskahnya), penjelasan kata maupun maksud dengan atsar sahabat, Tabi’in, & ‘Ulama; munasabatnya dengan Ayat & Tafsir, istinbath hukum yang diturunkan darinya; dan banyak hal lain lagi.
7) Hari ini kita menepuk dada; dengan karya yang hanya pantas jadi ganjal meja beliau, dengan kesulitan telaah yang tak ada seujung kukunya.
8) Hari ini kita jumawa; dengan alat menulis yang megah, dengan rujukan yang daring, & tak malu sedikit-sedikit bertanya pada Syaikh Google.
9) Kita baru menyebut 1 karya dari seorang ‘Alim saja sudah bagai langit & bumi rasanya. Bagaimana dengan kesemua karyanya yang hingga umur kita tuntaspun takkan habis dibaca?
10) Bagaimana kita mengerti kepayahan pada zaman mendapat 1 hadits harus berjalan berbulan-bulan?
11) Bagaimana kita mencerna; bahwa dari nyaris 1.000.000 hadits yang dikumpulkan & dihafal seumur hidup; Al Bukhari memilih 6000-an saja?
12) Atas ratusan ribu hadits yang digugurkan Al Bukhari; tidakkah kita renungi; mungkin semua ucap & tulisan kita jauh lebih layak dibuang?
13) Kita baru melihat 1 sisi saja bagaimana mereka berkarya; belum terhayati bahwa mereka juga bermandi darah & berhias luka di medan jihad.
14) Mereka kadang harus berhadapan dengan penguasa zhalim & siksaan pedihnya, si jahil yang dengki & gangguan kejinya. Betapa menyesakkan.
15) Kita mengeluh listrik mati atau data terhapus; Imam Asy Syafi’i tersenyum kala difitnah, dibelenggu, & dipaksa berjalan Shan’a-Baghdad.
16) Kita menyedihkan laptop yang ngadat & deadline yang gawat; punggung Imam Ahmad berbilur dipukuli pagi & petang hanya karena 1 kalimat.
17) Kita berduka atas agal terbitnya karya; Imam Al Mawardi berjuang menyembunyikan tulisan hingga menjelang ajal agar terhindar dari puja.
18) Mari kembali pada An Nawawi & tak usah bicara tentang Majmu’-nya yang dahsyat & Riyadhush Shalihin-nya yang permata; mari perhatikan karya tipisnya; Al Arba’in. Betapa barakah; disyarah berratus, dihafal berribu, dikaji berjuta manusia & tetap menakjubkan susunannya.
19) Maka tiap kali kita bangga dengan “best seller”, “nomor satu”, “juara”, “dahsyat”, & “terhebat”; liriklah kitab kecil itu. Lirik saja.
20) Agar kita tahu; bahwa kita belum apa-apa, belum ke mana-mana, & bukan siapa-siapa. Lalu belajar, berkarya, bersahaja.

Kultwit Ust. Salim A. Fillah
 

Blogger news

Blogroll