Labels

How Begin to make a 'cerpen'

How Begin to make a 'cerpen'

Jenis tulisan imajinatif terbagi menjadi fiktif dan non-fiktif. Fiktif yang merupakan rekaan, atau murni imajinasi penulis yang mencoba menuangkan gagasan atau ide dalam pikirannya yang akhirnya membentuk sebuah jalinan cerita yang serasi dan juga non-fiktif yang biasanya bercerita mengenai pengalaman pribadi. Dalam karya atau tulisan imajinatif pun terbagi lagi menjadi cerpen-novel dan puisi.

Dalam karya fiktif, tetap harus memenuhi persayaratan logika atau masuk dalam pemikiran akal terkait dengan tokoh cerita, latar, hingga konflik yang ditimbulkan sehingga menciptakan kesinambungan jalinan seuah cerita. Sebagai contoh, ketika akan memunculkan konflik antara dua orang pria yang mencintai satu wanita dan terlibat dalam persaingan. Ketika memang ada salah satu tokoh yang terbunuh dalam cerita tersebut, maka jika dimasukkan dalam kerangka logika bolehlah satu orang tokoh pria ini ditusuk kemudian mati, berkelahi sampai mati, ataupun ternyata dia mati akibat kecelakaan. Namun apabila kematian salah seorang tokoh ternyata diracun 'arsenik', atau bahkan ditangkap karena teroris kemudian dihukum mati, ada kejanggalan dalam logika berpikir yang nantinya membuat jalinan cerita semakin aneh. Dan cukup rancu pula apabila hanya konflik berebut seorang perempuan, berujung pada kematian yang penuh konspirasi, kecuali kita menceritakan skandal atau konflik tingkat tinggi yang melibatkan orang-orang hebat di suatu daerah atau bahkan negara dengan konflik yang sama, yakni berebut seorang wanita. Meskipun pada akhirnya akan kembali menemui kerancuan dalam rangkaian kalimat yang dibuat atau kita ceritakan.

Kemudian, dalam hal menulis, ada dua hal yang terbagi menjadi 'terencana' serta 'improvisasi'. Kembali dikerucutkan dalam hal pembuatan cerpen. Saat membuat tulisan yang terencana, artinya kita hendak menuliskan suatu cerpen, maka yang peru dipertimbangkan adalah dalam hal isi, tokoh yang akan diangkat (sifat dan sikap), setting, latar serta jalinan cerita dari awal sampai akhir. Atau dengan kata lain, kita sudah punya gambaran yang jelas dari awal hingga akhir cerita secara terencana. Artinya, kita sudah memiliki bingkai cerita yang akan kita buat. Untuk improvisasi, pun sama kita memiliki perencanaan atau bingkai cerita. Hanya pada bagian tertentu kita lakukan improvisasi, pencitraan baru, konflik baru yang menuju pada akhir cerita yang pada awalnya kita rencanakan ataupun malah berubah dari konsep yang kita buat.

Cerita fiksi merupakan dramatisasi kehidupan manusia. Baik novel maupun cerpen, hal inilah yang menjadi jalinan ceritanya. Dalam cerpen hanya ditampilkan satu peristiwa yang menjadi puncak atau klimaks dari cerita yang kita buat. Lain halnya dengan novel, yang memiliki banyak peristiwa, dan pada akhirnya ada klimaks dari berbagai peristiwa yang disajikan. Pun juga dengan jumlah tokoh serta setting yang jauh lebih banyak daripada cerpen.

M. Iqbal menyatakan bahwa 'Sastra adalah dusta yang Qudus', dusta yang pada akhirnya menghibur pembaca lewat jalinan cerita, penokohan serta peristiwa yang disajikan. Dan memang seperti itulah karakter sastra yang penuh imajinatif dari penulisnya.

Kemudian Kuntowijoyo menyebutkan bahwa karya fiksi terbagi menjadi Fiksi Tipografi dan Fiksi Psikologis. Yang pertama disebutkan adalah fiksi yang terencana, dalam hal ini, struktur dari bingkai alur cerita sudah tertata dengan rapih. Untuk yang kedua lebih kearah penokohan, dalam hal ini improvisasi dari alur cerita yang dihasilkan berasal dari faktor psikologis yang muncul dari dalam tokoh. Atau dengan kata lain, untuk point kedua yang disebutkan, fiksi psikologis lebih banyak memunculkan tokoh cerita, seperti misalnya 'Mitologi Yunani' yang menceritakan kisah 'Hercules', 'Achiless', 'Perseteruan antara Zeus dengan Hera' dan lain sebagainya. Fiksi Tipografi tidak banyak membicarakan tokoh, melainkan peristiwa yang diangkat dalam cerita yang dibuat. Oleh sebab itu, dalam fiksi tipografi diawali dengan perencanaan cerita yang hendak disajikan seperti apa, bagaimana latarnya, seperti sifat tokohnya, konflik atau peristiwa yang hendak disajikan hingga ending atau bagian akhir cerita hendak bagaimana.

Mungkin sekian yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf. Pun juga keterlambatan dalam membuat postingan ini karena satu dan lain hal yang tidak bisa disampaikan. Tetap semangat untuk berkarya pun jangan lupa 'PERKAYA BACAAN KITA'.

0 comments:

Post a Comment

 

Blogger news

Blogroll